Lukisan kuno yang menggambarkan seorang samurai dengan senjata seperti busur dan panah |
Sejarah mencatat sejak keluar dari jaman purbakala kaum pejuang di Jepang mempersenjatai diri dengan busur dan panah. senjata ini dianggap lebih superior ketimbang senjata tajam karena mampu menyerang lawan dari jarak jauh tanpa harus membahayakan diri sendiri. orang yang mampu menggunakan busur dan panah secara ahli begitu dihargai sebagai prajurit.
Pada perkembangannya setelah budidaya kuda yang semakin sukses maka muncul kelas kesatria yang mampu menggunakan busur-panah dengan lincah dari atas kuda. mereka disebut Bushi dan merupakan cikal bakal dari Samurai yang secara resmi baru dikenal beberapa abad kemudian. Jepang beralih ke abad pertengahan yang ditandai dengan berdirinya keshogunan Kamakura.
Para pemimpin Jepang kuno selalu bersenjatakan busur dan panah. |
Masa transisi antara era kuno dan medieval banyak terjadi konflik karena kekuatan di daerah yang semakin kuat. walaupun demikian karena batasan populasi maka konflik yang berlangsung hanya terjadi dalam skala kecil hanya ratusan orang pada kedua kubu. karena itu barisan ataupun formasi infantri menjadi kurang efektif. hal ini membuat penggunaan kavaleri ringan yang bersenjatakan busur-panah menjadi sangat mematikan.
Pasukan berkuda bersenjata busur dan panah mulai disebut sebagai Samurai. dalam pertempuran mereka menjadi kekuatan penentu menang atau kalah. mobilitas dari kuda memberikan kemampuan untuk mengelilingi barisan lawan dengan mudah. infantri pada saat itu lumrah membentuk formasi bundar dengan perisai kayu sebagai tembok. para Samurai akan mendekat lalu memanah pada titik-titik yang tidak terjaga dengan baik dari jarak dekat sebagai bentuk provokasi agar lawan marah dan terpancing mengejar mereka.
Prajurit pejalan kaki tidak bisa melakukan perlawanan dengan efektif dan lebih banyak bertahan. apabila ada yang mencoba menyerang maka akan dihabisi oleh Samurai lawan dengan panah dari jauh. ada perkataan kuno yang menyebutkan bahkan seorang pelari terbaik pun tidak akan mampu mengejar lari seekor kuda. bahkan pemain tombak dan pedang terbaik pun tidak bisa bergerak lebih cepat daripada anak panah.
Olah raga panahan berkuda, Yabusame yang masih dilestarikan hingga zaman modern |
Satu-satunya yang mampu menghadapi Samurai adalah sesama Samurai yang juga berkuda dengan busur dan panah. duel panahan akan berlangsung antar Samurai berkuda dan kubu yang kehilangan pasukan berkudanya lebih dulu dipastikan menjadi pihak yang menderita kekalahan. prajurit infantri yang tersisa hanya akan menjadi korban dari tembakan anak panah tanpa memiliki cara untuk menyerang Samurai yang selalu mampu menjaga jarak aman.
Masa keemasan kesatria berkuda dengan anak panah berakhir seiringan dengan berkembangnya populasi. surplus pangan akibat dari reformasi pertanahan membuat ledakan populasi yang membuat lebih banyak penduduk yang tersedia untuk menjadi prajurit. selain itu tingginya produktivitas lahan membuat para tuan tanah di daerah (Daimyo) mampu memberi makan lebih banyak prajurit. dalam waktu beberapa abad jumlah pasukan dari ratusan menjadi ribuan, belasan ribu hingga puluhan ribu.
Sekarang pasukan berkuda tidak bisa lagi leluasa bergerak dalam medan tempur karena menghadapi barisan infantri yang membentang luas dalam formasi ketat seperti phalanx yunani. pada periode ini mulai dikenal sebutan Samurai pejalan kaki, dimana mereka menjadi ahli pertempuran jarak dekat sebagai infantri kelas berat. namun lagi-lagi senjata pilihan mereka tetap bukan pedang.
Samurai membawa tombak atau naginata sebagai senjata pegangan wajib. |
Pada masa peperangan besar (Sengoku Jidai) yang menjadi senjata pilihan Samurai pejalan kaki adalah Yari atau tombak. bisa berjenis naginata khas Jepang dengan mata seperti pisau besar atau mata tombak model bangsa lainnya. mereka berguna secara langsung dalam formasi ketat untuk menghadapi pasukan berkuda dengan efektif. tidak seperti kebudayaan lainnya keterbatasan fisik dari kuda khas jepang membuat evolusi ke arah kavaleri berat tidak terjadi.
Tombak menjadi senjata pilihan karena memiliki jangkauan yang lebih jauh daripada senjata lainnya. tentu busur dan panah yang lebih jauh masih digunakan tetapi barisan infantri yang rapat umumnya memberikan sedikit celah yang bisa dimanfaatkan. belum lagi faktor perlindungan pribadi yang terus berkembang bahkan untuk prajurit rendahan sekalipun yang sudah dibekali helm dan body armor.
Faktor lainnya adalah kekuatan tombak yang lebih besar karena bisa dimainkan dengan dua tangan secara maksimal. selain itu tombak panjang juga mampu digunakan untuk menghalau lawan sehingga formasi atau barisan lebih bisa dipertahankan tanpa harus terjebak dalam duel perorangan.
Lalu apakah pedang betul-betul tidak digunakan?
Samurai pada jaman perang menggunakan berbagai macam senjata, bahkan batu sekalipun |
Pedang Katana cenderung disimpan dan hanya digunakan ketika terdesak. Katana ataupun Tachi adalah senjata pribadi yang baru digunakan ketika senjata lain sudah tidak ada atau lawan berada pada jarak sangat dekat sehingga tombak menjadi tidak berguna. sebuah senjata jarak pendek yang situasional dan kegunaannya terbatas karena itu belum tentu digunakan.
Bukan hanya soal pedang yang bukan merupakan senjata utama, sebenarnya Samurai pada era perang besar tersebut tidak memiliki aturan baku tentang senjata. mulai dari crossbow, busur besar, meriam eropa, musket arquebus bahkan lemparan batu pun sah untuk digunakan. baru setelah masa perang tersebut berakhir dan kemunculan keshogunan Tokugawa maka kasta samurai di era damai mulai mengkultuskan pedang sebagai jiwa dari Samurai.
Tapi pemikiran tersebut lebih bersifat filosofis daripada praktis. lahirnya pandangan tersebut disebabkan oleh Samurai yang banyak menganggur pada era damai. hal ini membuat mereka mencari jadi diri yang membenarkan eksistensi mereka terhadap kelas sosial lainnya. lahirlah kode bushido yang menekankan pada kehormatan, kepatuhan, dan loyalitas. berujung pada tradisi seppuku atau harkiri daripada menanggung malu.
Padahal pemikiran itu tidak dikenal sebelum era Tokugawa. pada era Sengoku Jidai dan sebelumnya yang membentuk sebagian besar dari sejarah Jepang ternyata melarikan diri pun sah-sah saja dilakukan oleh Samurai apabila perang tidak dapat dimenangkan. masih ada hari esok pikir mereka. demikian juga cara-cara curang untuk memenangkan pertempuran pun sah dilakukan. Samurai tidak terbelenggu oleh standar kehormatan ataupun keharusan untuk bunuh diri untuk menjaganya.
0 Response to "Ternyata Samurai Berperang Tanpa Perlu Mencabut Pedangnya.."
Posting Komentar