Jangankan urusan menembus baju besi atau pedang lainnya, bahkan laras senjata mesin pun bisa dipotong dengan sekali tebas. tentu klaim-klaim semacam ini tidak lebih daripada imajinasi publik dan pengarang cerita saja. kenyataannya katana sebagai sebilah senjata tajam yang terbuat dari logam tetap memiliki batasan dan kelemahan yang sama dengan pedang lainnya.
Bagian-bagian dari katana serta beberapa teknik konstruksi bilah (laminasi) |
Seperti halnya pedang yang dibuat oleh peradaban bangsa lainnya, katana memiliki batasan, kemampuan dan ketahanan yang relatif sama. baik terhadap objek lunak maupun objek keras seperti helm baja atau logam lainnya. karena itu pantangannya juga sama, diketahui katana pantang digunakan dengan sekuat tenaga atau secara sembarangan. tekniknya pun khas, dengan diayun seperti melemparkan mata kail dengan joran ketika memancing.
Apabila digunakan dengan salah atau sembrono katana justru lebih mudah mengalami kerusakan. seperti yang tercatat dalam sejarah sengoku jidai suatu masa peperangan besar di Jepang, banyak sekali catatan tentang kerusakan pada katana ataupun tachi yang mereka gunakan. kerusakan dimulai dari bilah yang sekedar bengkok sampai dengan yang patah atau hancur.
Faktanya, katana sebagai sebuah senjata justru lebih menuntut dalam artian membutuhkan pengguna yang sudah terlatih dan berpengalaman untuk bisa memakainya tanpa merusak bilah pedang. hal ini penting karena katana lebih rawan mengalami kerusakan. kebanyakan disebabkan oleh faktor rendahnya kualitas bahan baku besi yang ada di Jepang.
Bongkahan bajaTamahagane, bahan baku pedang katana tradisional |
Sumber besi yang ada di Jepang terbatas pada pasir besi yang kemurniannya bervariasi. pasir tersebut dimurnikan menjadi bongkahan baja tamahagane yang mewarisi masalah kemurnian yang sama beserta kandungan karbon yang tidak seragam. hal ini menyulitkan pembuatan pedang dimana tiap bongkahan baja memiliki sifat yang berbeda. ada yang lunak dan bersifat lebih fleksibel seperti per daun, ada yang keras dan mudah patah apabila diberikan beban.
Metode pemurnian pasir besi yang mereka miliki juga tergolong tidak efisien karena hanya bisa menghasilkan beberapa persen baja berkualitas baik dari seluruh bahan baku yang digunakan. dari 1 ton pasir besi hanya beberapa kg tamahagane yang bisa dihasilkan. sebuah proses yang memakan waktu beberapa hari dengan hasil yang tidak banyak, karenanya prosesnya penuh dengan ritual agar memaksimalkan peruntungan ataupun nasib baik.
Pengolahan baja dari pasir besi sudah ditinggalkan oleh peradaban lainnya karena ketersediaan bahan baku dan teknik pengolahan logam yang lebih baik. di Jepang karena sulitnya mengimpor biji besi dari luar maka teknik pengolahan tradisional tetap bertahan. hal ini membuat para pengrajin pedang di Jepang terpaksa menyempurnakan teknik yang ada untuk mengakali buruknya bahan baku yang tersedia.
Teknik pandai besi tradisional yang masih dilestarikan untuk keperluan pariwisata |
Tidak menyerah dengan hambatan yang ada, mereka menyempurnakan teknik multiple folding dan laminasi untuk memaksimalkan bahan baku yang ada. multiple folding dilakukan untuk membuang ketidakmurnian dan menyamaratakan kekerasan dari bilah yang sedang dikerjakan. sedangkan laminasi bertujuan untuk membuat struktur bilah dengan menggunakan kombinasi logam lunak (soft) dengan logam keras (hard) agar didapatkan bilah yang ideal.
Baja yang bersifat keras digunakan untuk menjaga ketajaman mata pisau. semakin keras maka ketahanan ketajaman atau retensi dari mata pisaunya bisa terjaga. sedangkan yang lebih lunak berfungsi sebagai tubuh atau tulang dari pedang. diharapkan baja lunak mampu memberikan fleksibilitas agar tidak patah ketika dihadapkan dengan benturan keras.
Penyatuan baja yang berbeda kekerasan atau laminasi ini memiliki beberapa kombinasi. semakin rumit tentu proses pembuatannya semakin sulit dan membutuhkan keahlian yang demikian tinggi sehingga harganya semakin mahal. untuk kebanyakan samurai di era lama, rata-rata yang mereka miliki adalah yang terbawah antara tanpa laminasi atau dua laminasi karena alasan ekonomis.
Berbagai jenis model laminasi yang tercatat pernah dilakukan oleh pandai besi di Jepang |
Kemampuan katana dengan dua laminasi (honsanmai) sudah selevel dengan pedang buatan bangsa lainnya yang menggunakan biji besi berkualitas tinggi dan teknik pengolahan yang lebih baik. hanya saja apabila bangsa lain bisa memproduksi dalam jumlah besar, pandai besi Jepang dengan teknik multiple fold dan laminasi hanya bisa memproduksi dalam jumlah yang lebih kecil.
Nah, apabila dianggap sejajar, bagaimana performa dari katana dengan 2 laminasi?
Ternyata sama dengan buatan bangsa lainnya, lumrah bengkok, gompal atau rusak bentuknya apabila berbenturan dengan benda keras terutama yang terbuat dari logam. karena itu katana sekalipun tidak digunakan untuk menebas lawan yang menggunakan armor yang lengkap. terutama apabila dilakukan oleh pemula atau amatir dengan cara pakai atau teknik yang tidak tepat.
Bagaimana dengan katana premium dengan laminasi yang lebih rumit?
Katana premium dengan laminasi yang rumit kualitasnya bisa berkali-kali lipat lebih baik. hanya saja harganya luar biasa mahal, sudah merupakan barang mewah sehingga jarang digunakan. lebih mirip benda seni pajangan atau harta warisan keluarga. katana berkualitas seperti ini hanya dimiliki oleh kaum bangsawan dan jarang dijumpai pada medan pertempuran.
Samurai lumrah memulai perang dengan senjata lainnya seperti busur panah dan tombak |
Di medan tempur seorang samurai yang membawa katana bagus sekalipun akan memilih tombak atau naginata sebagai senjata utama untuk memulai pertempuran. selain dari jangkauan yang lebih baik hal ini juga membuat katana mereka aman. karena pada awal pertempuran bisa demikian kacau sehingga sulit bagi mereka untuk menggunakan pedang dengan teknik yang seharusnya.
Satu gerakan yang salah seperti terlalu semangat dalam menghantam sisi pelindung armor lawan yang tebal bisa membuat pedang terbaik pun menjadi rusak. karenanya katana biasanya disimpan dan hanya digunakan ketika benar-benar dibutuhkan. pada saat digunakan yang menjadi sasaran adalah titik lemah lawan yang tidak terlindung oleh armor.
Celah-celah bagian pelindung di sekitar leher, ketiak, atau paha serta bagian artikulasi lainnya menjadi sasaran karena proteksinya lebih minim. sedangkan bagian seperti helm atau ketopong baja serta bagian armor yang terbuat dari bahan keras sebisa mungkin dihindari karena bisa membuat bilah pedang menjadi rusak yang tentunya sangat fatal dalam sebuah pertarungan.
* Revisi ke 2 penulisan dan struktur kalimat (24/8/16)
* Revisi pertama dengan bantuan bro SatsuJinKen, Kaskus SF Pisau. jalannya diskusi dan sumber lainnya, atau pertanyaan bisa di alamatkan di link berikut :
http://www.kaskus.co.id/post/57288c8e1854f7c6778b4568#post57288c8e1854f7c6778b4568
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000011045570/ada-samurai-sabuk--meluruskan-sejarah-tentang-pedang-jepang---part-2/
0 Response to "Mitos Ketajaman Pedang Katana (Samurai)"
Posting Komentar