Perang Jaman Dulu, apakah benar seperti dalam Film atau Game?

Yang sering kita bayangkan tentang perang masa lalu era yunani kuno, jepang kuno, dinasti-dinasti china, asia tengah dan romawi sebelum masa pertengahan (medieval) :

Seperti sebuah adegan dalam film perang kolosal. tetapi tahukah anda hal tersebut tidaklah akurat?

Bayangan tersebut terjadi karena sejarah seringkali ditulis oleh pihak yang tidak berada di tempat kejadian. buruknya lagi pencatatan arsip sejarah seringkali dilengkapi setelah lama berlalu sehingga akurasinya banyak berkurang. fakta yang disebutkan pun seringkali sangat dasar. sekedar menyebutkan A menyerang B dan menang. lalu disebutkan C dan D berjasa dengan perbuatannya.

Dengan dasar tersebut jalannya pertempuran direka-reka oleh para ahli lalu jadilah sumber sejarah. karena itu kebanyakan pergerakan lawan biasanya tampak bodoh karena memang hanya digambarkan dari satu sisi. hanya sedikit seperti Julius Caesar yang menuliskan bagaimana jalannya pertempuran dari sisinya maupun niat serta motivasi dari gerakan lawan yang terbaca olehnya.

Commentarii de bello gallico : buku tulisan caesar tentang kampanye perang di Gallia

Karena sebab yang sama pula seringkali dianggap bahwa pertempuran berjalan dengan kedua pihak yang berlawanan saling menyerang. lalu yang terbaik keluar sebagai pemenang. hal ini kemudian masuk ke dalam karya sastra, lukisan, dan film sehingga menjadi populer. padahal tidak demikian.

Jalannya pertempuran yang sebenarnya berlangsung lebih teratur dan disiplin untuk mencegah kekacauan dan pelarian. tidak terlihat pemandangan dimana ratusan pria nekad berlari menerjang lawan, menyerang, melompat dan mengamuk di tengah-tengah barisan lawan.

Disiplin adalah faktor utama sebab merupakan hal yang mengikat mereka sehingga tidak kabur dari hadapan lawan. terutama yang terlihat lebih banyak dan lebih menyeramkan. keteraturan membuat rasa aman, sedangkan kekacauan akan membuat rasa takut. psikologis manusia sendiri bahkan yang paling berani akan gentar ketika mengetahui ia mungkin hanya beberapa menit dari kematian.

Formasi yang melindungi dari segala sisi disukai prajurit karena keselamatannya lebih terjamin

Disimpulkan seperti juga prajurit di masa kini, prajurit di masa lalu pun kemungkinan memiliki kondisi pemikiran yang sama. di dalam arena perang, secara sadar atau tidak semua manusia memprioritaskan keselamatan dirinya. hal ini dicapai secara tidak langsung dengan selalu berada diantara rekan-rekannya, bermain aman dan menghindari tindakan dengan risiko kematian.

Ketika perintah menyerang diberikan maka kedua barisan yang berseteru akan berhadap-hadapan. tetapi tidak langsung kontak senjata melainkan tercipta tanah tidak bertuan diantara kedua pasukan. sepanjang tombak atau senjata lainnya yang menjadi buffer yang belum dilewati.

Kedua belah pihak saling bertatap mata, bersahut-sahutan dan bisa melempar berbagai senjata lempar yang dimiliki. tetapi konfrontasi bersifat terbatas dan kedua belah pihak saling menahan diri agar tidak terprovokasi lawan yang bisa menghancurkan disiplin formasi atau barisannya sendiri.

Para pemimpin grup seperti centurion/ dekurion pada pasukan romawi kemudian mengambil peran utama. mereka akan memimpin sekelompok prajurit maju menyerang dan memecah barisan lawan, menimbulkan kekacauan lalu kembali ke barisan sebelum terjebak oleh kepungan lawan. hal ini juga bertujuan untuk provokasi agar lawan menjadi marah dan balas menyerang tanpa disiplin. 

Lawan yang marah dan menyerang karena emosi mudah membuat kesalahan yang bisa dieksploitasi

Kedua belah pihak akan terus menerus mencoba mengeksploitasi barisan lawan dengan serangan-serangan kecil yang lambat laun akan memperlihatkan pihak siapa yang lebih kuat. ketika terlihat ada sebagian barisan lawan yang rusak maka bisa dilancarkan serangan total atau charge dengan harapan lawan akan panik karena salah satu sisi barisannya kolaps sehingga memicu pelarian masal.

Apabila pelarian tidak terjadi dan celah barisan kembali tertutup maka akan terjadi tanah tidak bertuan baru dan siklus akan kembali berulang.

Sedangkan apabila pelarian terjadi maka pasukan lawan secara tiba-tiba akan kekurangan man-power untuk adu dorong sehingga pertempuran akan menjadi berat sebelah. dalam kondisi seperti ini pasukan yang memilih bertahan akan tamat riwayatnya. sebagian lainnya akan sukses menyelamatkan diri atau diburu kemudian.