Karena bukan samurai tanpa katana dan lamellar armor |
1. Karakter Tom Cruise yakni Capt. Nathan Algren dari kacamata sejarah adalah tokoh rekaan alias fiksi. tidak ada orang Amerika yang tercatat terlibat dalam pemberontakan Satsuma. hanya ada 1 perwira Amerika yang disebutkan hadir pada akhir pemberontakan sebagai saksi, tapi tidak berperan atau ikut serta. namun 10 tahun sebelumnya ada seorang Prancis yang melatih prajurit keshogunan atau bakufu dan terlibat dalam pemberontakan.
Tidak lama setelah kedatangan kontingen militer Prancis, keshogunan justru digulingkan oleh pasukan pro-kekaisaran. seorang perwira Prancis bernama Jules Brunet tidak tinggal diam dan membantu pasukan keshogunan yang sudah dilatihnya untuk merebut kembali pemerintahan. karakter nyata ini aktif dalam perang Boshin (1868).
Aksinya bertahan di Jepang sendirian setelah ditinggalkan oleh rekan-rekannya yang kembali ke eropa dan memilih untuk setia dengan pemerintahan lama yang dikudeta membuat Jules Brunet populer di luar negeri. walaupun orang asing, ia diberikan jabatan tinggi dalam pemberontakan.
Sayangnya secara militer pasukannya kurang sukses dan cenderung kalah jumlah ataupun persenjataan. akhirnya pihaknya menerima gencatan senjata dan tawaran perdamaian. bisa dilihat kemiripannya dengan karakter Algren. tokoh dalam film tampak terinspirasi dari kisah perwira Prancis tersebut pada Boshin war. bukan pada Satsuma rebellion, alias sebenarnya tidak berkaitan dengan samurai terakhir.
Tokoh fiksi agar tidak berisiko membuat malu aslinya |
2. Karakter yang diperankan oleh aktor Ken Watanabe juga... fiksi. Lord Katsumoto tidak ada dalam catatan sejarah. tetapi ada kemiripan besar dengan seorang tokoh nyata bernama Saigo Takamori. seorang pelaku penting pada pemberontakan Satsuma. sebelumnya ia terlibat pada perang Boshin di pihak pro-kekaisaran. dan merupakan salah satu tokoh kunci dalam kemenangan pasukan kaisar melawan tentara bakufu atau keshogunan.
Tapi kemudian ia menentang modernisasi yang berniat menghapuskan kasta samurai. beranggapan kalau kasta tersebut masih dibutuhkan oleh negara. walaupun seorang pejabat tinggi ia akhirnya menerima peranan sebagai pemimpin para samurai pemberontak. sesuai dengan karakter Lord Katsumoto dalam film. hanya saja gambaran tokoh dan jalannya peperangan sangat berbeda dengan film.
Dimulai dengan Saigo Takamori sendiri, dalam foto dan dokumen sejarah ia selalu terlihat mengenakan seragam formal militer ala barat. bukan model tradisional ataupun baju tempur ala samurai seperti ia sering digambarkan kemudian. sampai akhir hayatnya ia tidak terlihat mengenakan perlengkapan tempur khas samurai seperti dalam film.
Saigo Takamori selalu mengenakan seragam militer |
Demikian juga para perwira dan pasukannya, hanya ketika mereka sudah betul-betul kehabisan amunisi atau peluru barulah mereka terpaksa mengenakan armor dan senjata ala samurai.
Lho, PELURU? bukankah di film mereka pakai pedang katana dan busur panah?
Disitulah letak kesalahan fatalnya. para pemberontak zaman itu bukanlah orang bodoh ataupun modal nekat saja. ketika pemberontakan meletus yang pertama kali mereka lakukan adalah... menyerang gudang amunisi milik pemerintah dan merebut ratusan demi ratusan pucuk senapan modern, meriam artileri buatan barat dan sejumlah besar amunisi.
Pemberontakan ini sendiri meletus karena jatah beras untuk keluarga samurai yang sebelumnya sudah dikurangi kemudian diberitakan akan dihapuskan. jadi bukan karena faktor kehormatan tapi karena desakan ekonomi dan perut. Saigo yang berada di lokasi awalnya tidak mau ikut campur tetapi lama kelamaan merasa iba dan senasib sehingga bersedia memimpin mereka.
Samurai era restorasi Meiji sudah tidak mengenakan pakaian tradisional tapi sudah kebarat-baratan |
Saigo sendiri terlahir ke dalam kasta samurai tetapi jauh dari harta. walaupun statusnya samurai tetapi keluarganya miskin dan terlibat hutang yang baru bisa dilunasi puluhan tahun kemudian. ia merasakan betul bagaimana sulitnya kehidupan seorang samurai rendahan walaupun penuh dedikasi dan pengorbanan. penghapusan kasta ini baginya sangatlah keterlaluan. negara seperti membuang para samurai tanpa mengingat jasa dan peranan mereka dalam perang terdahulu melawan keshogunan.
Jalannya perang dilakukan secara profesional mengingat hampir semua samurai selepas perang terdahulu sudah terdidik militer ala barat atau eropa. barisan infantri bersenjata musket dengan sergapan kavaleri dan meriam medan. jadi lebih mirip perang saudara amerika serikat atau napoleonic wars daripada adaptasi film last samurai.
Baru ketika mereka kehabisan amunisi dan peluru, terutama artileri berat maka mereka terpaksa menggunkaan senjata tradisional berupa pedang dan busur panah. di saat terakhir ini lah mereka betulan melakukan charge atau serangan frontal layaknya infantri samurai dan Saigo pun gugur tertembak.
Adegan ini lebih cocok pada era sengoku jidai - lebih dari 350 tahun sebelumnya |
Ada yang mengatakan ia bunuh diri atau seppuku ketika terluka, tapi kemungkinan besar ia kehilangan kesadaran ketika tertembak. justru para letnan-nya yang melakukan ritual bunuh diri kepadanya sebagai penghormatan agar peran Saigo sebagai samurai terakhir terlihat sempurna.
Mitos pertempuran samurai vs prajurit modern profesional menjadi populer berkat film The Last Samurai. karena samurai nekad yang dijagokan melawan tentara bersenjata api itu lebih mudah dipasarkan kepada penonton daripada perang dar-der-der jadul yang membosankan.
Film yang lebih akurat tentang pemberontakan Satsuma, seragamnya sama dengan yang dikenakan oleh Saigo. |
Di Jepang sendiri sejarah yang keliru ini dianggap sebagai fiksi hollywood saja. beberapa film adaptasi domestik dibuat untuk mematahkan mitos ini dengan gambaran jalannya perang yang akurat dan tokoh Saigo yang mendekati kenyataan sejarah. karena mereka menyadari pembodohan sejarah bisa berbahaya bagi generasi selanjutnya.
- Baca juga Pedang bukanlah senjata utama Samurai Jepang.
- Baca juga Kuda perang asli Jepang, benarkah sebaik dalam film?
film yg buatan jepang judulnya apa?
BalasHapus